Hari ini cuma mau cerita. Seseorang yang ngurus orangtua belum tentu bisa hormat sama orangtua. Ke orangtua lain, bahkan ke orangtua sendiri.
Maaf sekali, dear. Kamu bisa marah sama aku, kami hina aku, silakan. Tapi...
Saat kamu mempermainkan agama, seperti hijab, aku gak bisa diam.
Saat kamu mempertanyakan pilihan pakaian yang kupilih seperti apa yang dipilih wanita-wanita taat adalah pakaian gak mutu, aku diam karena memang aku masih ditahap berusaha taat, belum setaat mereka.
Sayangnya....
Di siang hari ini, sebelum azan zuhur, kamu bentak orangtuaku, di depan aku, anak-anakmu dan anak-anakku, ada ortumu dan keluarga lain, aku gak terima. Terlalu besar ekspektasi kepada seseorang yang juga di posisi yang sama, ditambah kamu punya pendidikan tinggi dan paham agama, sudah berhaji pula. Afwan jiddan, dear. Aku sangat kecewa. Jika memang ternyata aku yg pendiam ini saat berbicara membawa dalil, karena semata-mata aku menyayangimu karena Allah.
Setidaknya aku hari ini makin paham, bagaimana posisiku buatmu. Dan akhirnya, apa yang ingin aku sampaikan dari dulu, sudah tersampaikan.
"Apa salahku sama kamu?"
*maaf gambar gak nyambung. Cuma mau bilang, kita adalah manusia terberuntung mendapat cahaya paling indah saat kedua orangtuamu masih ada. Lepas dari bagaimana watak mereka. Tak dipungkiri, 70% atau lebih kesuksesan kita itu hasil doa, tangis, dan peluh keringat mereka. Bukan menepuk dada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar