Kamis, 18 Januari 2024

catatan sastra : mencoba berkarya

Bismillah. Assalamualaikum teman-teman. Semalam scroll sosmed nemu ini :

Jadi inget bikin puisi miripppp tentang mengadu. Kok bisa tiba-tiba nyambung? Nyeees banget rasanya. 

 Yang mau intip puisinya, silakan. Selamat menikmati sajian puisiku. 

***

Terbawa Petang
Karya : Shresta Wiradresthi / Ta Ummu Fa / Tarian Aksara

Tak ada yang salah
Hanya saja terlampau lelah
Menggenang lalu pecah
Asa susut hingga cecah

Jalan kadang terlampau landai
Tiba-tiba bising oleh ringkik keledai
Kutarik diri dari ramai
Mari kita berdamai

Rindu
Mungkin maksudmu itu
Jangan berhenti mengadu
Begitu?

Ciumbuleuit, 15 Januari 2024

***

Puisi ini tentang seseorang yang telah lama menahan sakit. Tidak ada yang tahu dia sakit. Ikhtiar telah dilakukan, hingga akhirnya vonis datang. Tak disangka, ia tak kuat lagi untuk tegar. Tangisnya pecah, semangat turun drastis. Lelah selelah-lelahnya. 

Dalam kondisi mulai bisa menerima kenyataan walau masih _down_, banyaknya 'perhatian' orang (bahkan bukan _expert_) memberi saran dan komentar pada sakitnya justru memunculkan berbagai emosi lebih dalam. Ia putuskan menyendiri sejenak. 

Ia mencoba _re-connect_ dengan dirinya sendiri. Mungkin selama ini ia lupa berterima kasih pada diri sendiri, lupa memanusiakan dirinya sendiri. Ia mulai sadar, mungkin ini cara tuhan agar ia kembali menjadi seorang hamba. Di mana hanya meminta pada-Nya, bukan pada ikhtiar saja tanpa hadirkan tuhan.

***

Puisi yang tercipta setelah kontrol dokter. Gerimis. Kedinginan. Sendiri menunggu magrib hingga isya menyapa. Benar-benar 'Tidak sama sekali suuzon. Pasti dan yakin ini takdir terbaik Allah. Hanya saja saat ini ingin menepi sendirian dulu. Mencerna apa hikmah dibalik sakit ini.' 

Semalam dimasukkan ke karya alumni puisi periode Januari 2024 ThaTa sastra untuk dikurasi oleh teman-teman sesama alumni. Temanya harapan. Berikut tanggapannya :

Kebetulan puisi kali ini enggak dapat banyak krisan. Di waktu lain? Wahh... Bisa dibabat habis itu. Mentor kami saja (terutama angkatan saya, thata 4 dan 9 masih belum ganti mentor) detail sekali. 

Pengen banget bilang ini tentang diriku yang lagi sakit menghadapi vonis dokter operasi besar. Biasa saja mungkin buat orang lain. Entah mengapa diriku sulit menerima di awal dokter menyatakan ini. Karena... Rahimku baik-baik saja. Dia ikut terbawa karena sakitku ini ada di tempat yang tidak wajar. 

Egois sekali, ya... Padahal sadar semua milik Allah. Butuh waktu untuk memproses. Semoga saja setelah ini jadi lebih siap dengan segala takdir Allah. 

Apapun itu, alhamdulillah. Berharap semua takdir ini semakin mendekatkan hamba dengan-Mu. Engkau lebih rida, makin sayang, Rasulullah juga makin sayang, Al-Qur'an makin sayang, diriku sendiri juga makin sayang dengan diri sendiri. Aamiin. 

Makasih yang sudah berkenan mampir. Titip doa terbaiknya, ya... Kamu juga makin sayang, kan sama aku? *ngarep

***


Tidak ada komentar: